Baju besi dan Pusaran Pengharapan
“Kemusliman kita semestinya menjadi pusaran-pusaran manfaat yang orang lain dan kehidupan sekitar menaruh harapan besar pada jati diri kemusliman kita”
Ini memang hanya cerita sebuah baju besi, Tatkala Ali kehilangan baju besinya di saat perang dan ditemukan oleh seorang Yahudi, dan diakui oleh Yahudi itu sebagai baju besi miliknya, padahal Ali yakin betul kalo baju itu adalah baju besinya. Ali sangat yakin kalau itu adalah baju besinya namun si Yahudi tetap bersikukuh kalau itu adalah baju besinya, maka Yahudi itu minta dihadapkan pada hakim. Mereka sepakat untuk diadili oleh seorang hakim dari Muslim. maka dipilihlah Syuraih, sang hakim yang sangat terkenal.
Ali datang ke pengadilan seperti rakyat biasa, tak ada pengawalan, tak ada perlakuan istimewa. Ia memang Amirul Mukminin, tapi pantang baginya melakukan kolusi dengan hakim yang menangani kasusnya. Untuk menguatkan tuntutannya Ali mengajukan dua Orang saksi dan dua saksi itu harus sudah benar-benar pernah menyaksikan baju perang tersebut. maka Ali pun mengajukan Pembantunya Qunbar, dan Putranya Hasan. Syuraih berkata “kesaksian Qunbar saya benarkan, tetapi kesaksian Hasan bin Ali tidak dapat saya terima karena dia adalah putra anda sendiri. tidak dibenaran kesaksian putra untuk perkara ayahnya”
Ali bin abi Thalib berkata ” tidakkah engkau mendengar bahwa Rasulullah pernah bersabda, Hasan dan Husein adalah pemimpin syurga”? Dengan suara yang lembut tapi penuh wibawa Syuriah berkata “‘ ya memang benar Kemudian Ali bertanya lagi dengan tanpa menunjukkan kejengkelan sedikitpun Namun Syuriah tetap pad pendiriannya. Akhirnya Syuriah memenengkan Yahudi itu atas Amirul Mukminin, Ali tidak bicara lagi. Ia terima keputusan hakim dengan lapang hati. Melihat hal itu sang Yahudi tersebut tergerak hatinya dan Mengucapkan dua kalimat Syahadat lalu mengembalikan baju besi itu dan mengakuai kalau memang baju besi tersebut ia ambil sewaktu perang karena terjatuh dari kuda Ali. sebagai hadiah masuknya yahudi tersebut ke dalam Islam maka dihadiahkan lah baju besi itu kepada sang yahudi dengan ditambah uang sembilan ratus dirham.
Alangkah Indahnya Islam tapi alangkah indahnya orang-orang yang memeluknya, menjalankannya dengan baik. seperti Ali yang tunduk pada hukum, atau Syuriah yang tegas pada hukum, lalu alangkah bahagianya yahudi itu yang melihat indahnya Islam, keadilan Islam. Seperti itu pula semestinya kita menjalani kehidupan kemusliman kita. Menjadi seorang muslim tidak semata soal suka atau tidak suka. ini memang pilihan, tapi sejujurnya menjadi Muslim -dan seperti agama Islam itu sendiri- sama artinya dengan menjadi pusaran pengharapan. Seorang muslim harus bisa menjadi pengharapan bagi dirinya sendiri, bagi lingkungannya dan alam semesta ini.
Daya cipta manfaat adalah prinsip utama kehidupan seorang mukmin. tetapi sumber inspirasi dari daya cipta manfaat adalah keimanan itu sendiri. itu sebabnya seorang mukmin harus bisa hidup dengan imannya itu. Keimanan itu sendiri harus berbuah, memberi manfaat bagi orang lain. sebab keimanan itu sendiri , atau anatominya seperti pohon yang memberi buah manfaat bagi keidupan ini. maka di sini di dalam diri kita di kebesaran umat muslim di negri ini, ada begitu banyak pusaran pengharapan, dari orang lain, dari sesama kita, juga dari kehidupan penduduk bumi di mana saja.
Hanya orang-orang muslim yang punyad aya cipta manfaat, yang akan memancarkan cahaya Islam dalam performa luhur, yang menjadi ruh bagi kehidupan ini.
Artikel-artikel di blog ini bagus-bagus. Coba lebih dipopulerkan lagi di http://www.lintasberita.com akan lebih berguna buat pembaca di seluruh tanah air. Dan kami juga telah memiliki plugin untuk WordPress dengan installasi mudah.
Kami berharap bisa meningkatkan kerjasama dengan memasangkan WIDGET Lintas Berita di website Anda sehingga akan lebih mudah mempopulerkan artikel Anda untuk seluruh pembaca di seluruh nusantara dan menambah incoming traffic di website Anda. Salam!
semoga saia termasuk didalamnya..amin 🙂
eh..pertamaxx..asik!!
Tunjukkna kalo kita Muslim… Setuju bung, Islam adalah agama yang memberi rahkmat pada umat manusia… Tak ad sedikitpun kurang dalam-nya….
Seperti lampu ketika memancarkan sinar
dalam gulita malam yang mencekam
maka laron-laron pasti datang mencari kehidupan
bila lampu sudah dinyalakan
tapi laron-laron tidak juga kunjung datang
barangkali ada hijab yang menghalang
itulah pelita ukhuwah islamiyah
imam Ali telah membuktikannya
ketika dinyalakan sebagaiamana mestinya
maka batu itu menerima sinarnya
Assalamu alaikum
Wagh..postingan yg bagus banget untuk merenung dan intropeksi diri… Islam benar2 agama yang snagat Indah, aQ bahagia menjadi seorang muslim…dan aQ masih harus banyak belajar…apalagi ttg crt2 seperti ini…
makasih y…well, mohon maaf, Qmu dapat PR dikerjain y.. 🙂
Wassalam
sayangnya tidak semua bisa melakukan seperti itu, tentu ini bukan suatu pesimisme
andai saja semua pemimpin sekarang yang hampir 98% muslim menunjukkan sikap seperti keyakinan yang dianutnya, tentu kita tidak akan berada dalam keterpurukan seperti yang kitar asakan sekarang ini
semoga kita termasuk muslim yg seperti itu 🙂
Assalamualaikum Catatan Salam ^^..
semoga saya selalu diberi lapang hati oleh Allah..
amin..
pernah juga saya mengalami..tapi baju besinya diganti dompet.
dah tau kan ? ^^
Saya ingin jadi Cah Sholeh…
makasih juga dah mau berkunjung ke the fachia